KONTEMPLASI DAN EKSTANSI

Senin, 30 Mei 2011


Dalam artikelnya Armein Z. R. Langi. menjelaskan arti dan pentingnya kontemplasi dalam hidup kita. Menurut Armein “kontemplasi mirip dengan meditasi tapi tidak sepenuhnya mengosongkan pikiran. Kontemplasi lebih pada merasakan kehadiran Tuhan, memikirkan dan merenungkan konsep kehidupan. Mengevaluasi diri. Menghayati jalannya hidup kita”. Masih menurut Armein pentingnya kontemplasi adalah “untuk mencegah kita hidup terlalu menuruti kebiasaan (habbits)”.

Tanda-tanda Mengalami Kontemplasi

Apa yang menjadi tanda-tanda mengalami kontemplasi? Gambaran di bawah ini dapat digunakan:
1. Merasa dicintai oleh Allah,
Memandang Allah dengan penuh perhatian dan si pendoa berjuang keras untuk mencapainya. Akhirnya jiwa dapat memandang Allah dan mempersiapkan jiwa sampai pada tahap Beatific Vision (penglihatan yang membahagiakan). Apapun yang dilakukan si pendoa sungguh memandang dalam kegelapan bahwa Allah tersembunyi sekaligus sungguh hidup dalam dirinya. Ia sungguh-sungguh menyadari kehadiran Allah yang hidup daripada melihat dirinya sendiri.

2. Tidak adanya lagi kata-kata,
Juga, tidak adanya lagi percakapan yang terjadi adalah hening antara Allah dan jiwa. Ini merupakan tanda permulaan mengalami kontemplasi. Inilah permulaan doa batin yang merupakan ciri khas dimulainya hidup doa batin yang secara bertahap yang menarik pendoa semakin dalam dan semakin hening. Meditasi telah berhasil dan sampai pada kontempasi, tujuan pendoa telah diraih dan sekarang mengalami kebahagiaan adikodrati bahwa pengalaman ini membahagiakannya. Pengarang spiritualitas terus-menerus mengingatkan bagi si pendoa yang berkembang dalam doa batin untuk tidak mencari penghiburan-penghiburan di dalam doanya dan tidak menganggap ketidakmampuan untuk bermeditasi sebagai tanda tidak lagi dapat berdoa. Ini bukan suatu kemunduran, tetapi suatu perkembangan hidup doa, untuk itu jiwa harus semakin bertekun di dalam doa batin ini.

3. Tidak ada lagi campur tangan dari kemampuan panca indera yang lain.
Hilangnya atau menurunnya kemampuan panca indera dan daya-daya batin lainnya, seperti imajinasi dan ingatan, secara bertahap dengan berhentinya meditasi karena latihan-latihan rohani seperti “komposisi suatu tempat” dan pengertian dari misteri Kristus yang direnungkan pada umumnya. Meditasi itu sendiri adalah proses masuk ke dalam diri sendiri dengan menganalisa, mengumpulkan, menyimpulkan, dan mendekati kebenaran itu sendiri. Mengalami kontemplasi dialami ketika kita tidak lagi membutuhkan keyakinan dari diri kita sendiri tentang kebenaran itu sendiri. Kita tidak membutuhkan lagi pemeriksaan atau pemikiran. Apa yang kita butuhkan hanyalah memandang Dia dengan penuh kekaguman yang telah menciptakan kita.

KESIMPULAN
Setiap manusia memiliki rasa atau selera tentang keindahan. Sedangkan keindahan tersebut terbagi lagi menjadi kontemplasi dan ekstansi. 

Kontemplasi yaitu dasar dari pemikirian manusia untuk menyatakan keindahan ekstansi adalah untuk merasakan atau menikmati suatu keindahan.
Jadi kontemplasi dan ekstansi saling keterhubungan. Sehingga manusia dapat merasakan suatu keindahan dan kemudian dinyatakan oleh ungkapan.

SUMBER
http:\\azrl.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar